SOLUSI
YANG HARUS DI LAKUKAN
JIKA
TIDAK ADA ALAT PEMBELAJARAN
Materi
Pembelajaran : Perkembangan Motorik
Oleh
: Ma’rif Azizan IV G
A.PENDAHULUAN
Seringkali
seorang guru Pendidikan Jasmani atau penjas mengeluhkan keadaan sarana dan
prasarana sekolah tempat ia mengajar tidak adanya alat pembelajaran. Terkadang,
seorang guru penjas harus “bertengkar” dengan kepala sekolah atau kepsek untuk
menyediakan fasilitas olahraga di sekolah. Sementara menurut pemikiran sebagian
orang, pelajaran penjas tidak begitu penting, mengingat pelajaran tersebut
tidak masuk dalam ujian nasional (UN) atau ujian akhir berstandar nasional
(UASBN). Jadilah pelajaran penjas menjadi “anak tiri” di sekolah, sehingga
kurang mendapat perhatian yang serius.Kita tidak perlu menjelaskan panjang
lebar tentang peran sentral pelajaran penjas dalam mendukung proses pendidikan
secara menyeluruh. Tulisan ini lebih menekankan peran guru penjas, agar lebih
kreatif dan inovatif untuk memodifikasi pembelajaran penjas dengan segala
keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya/tidak tersedianya alat
pembelajaran yang dimiliki sekolah.
Harus
disadari bahwa keterbatasan alat pembelajaran olahraga di sekolah sangat
bervariasi antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Jika sekolah memiliki fasilitas
olahraga yang lengkap, sudah tentu tidak menjadi persoalan bagi sang guru.
Masalahnya, kita masih menemukan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang
sangat terbatas.
Menurut
Undang-undang Sistem Keolahragaan Naional (UU SKN) No. 3 Tahun 2005 pasal 20
dan 21 Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk
kegiatan olahraga. Sementara prasarana olahraga adalah tempat atau ruang
termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan/ atau
penyelenggaraan keolahragaan. Berdasarkan UU SKN tersebut dapat dijelaskan
bahwa sarana meliputi peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan seperti bola
kaki, bola voli, bola kasti, bola takraw, bola basket, papan pantul ring
basket, tiang voli beserta netnya, raket bulu tangkis beserta netnya, meja
tenis meja beserta betnya, tongkat estafet, peluru untuk tolak peluru, lembing,
bak lompat jauh, gawang futsal, matras dan peralatan lainnya. Sementara
prasarana meliputi ruangan atau lapangan yang dapat digunakan untuk melakukan
aktifitas olahraga yang akan dilakukan.
Berikut
ini akan di jelaskan mengenai modifikasi pembelajaran yang dapat di jadikan
solusi untuk mengatasi tidak adanya alat pembelajaran serta tidak tersedianya
sarana dan prasarana:
B.PEMBAHASAN
MODIFIKASI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Modifikasi pembelajaran pendidikan
jasmani penulis anggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan
jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep
modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara
memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis
modifikasi.
Dalam
penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik
program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate
Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan
perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong kea rah
perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan
tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya.
Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun
keterampilannya.
Tugas
ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan
karakteristik individu dan mendorongnya kea rah perubahan yang lebih baik.
a.
Pernahkah anda membayangkan apakah kita mampu mengakomodasi setiap perubahan
dan
perbedaan karakteristik siswa melalui tugas ajar yang kita berikan ?
b.
Apakah keadaan media pembelajaran yang dimiliki sekolah anda bias memfasilitasi
aktivitas
pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal ?
c.
Perlukah kita mengadakan perubahan, penataan atau mengembangkan kemampuan daya
dukung
pendidikan jasmani di sekolah kita ?
d.
Upaya apa yang bias kita lakukan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani
tersebut
bisa memberikan hasil yang lebih baik ?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut mungkin sering muncul manakala kita merenungi tugas kita sebagai
seorang guru pendidikan jasmani yang cukup berat.
KONSEP
MODIFIKASI
Modifikasi merupakan salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat
mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan
materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang
potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.
Cara ini dimaksudkan untuk
menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi
bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi
pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru
mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani
juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu
bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan berikut
harus dipahami dengan sebaik-baiknya.
a.
Apa yang dimodifikasi ?
Beberapa aspek analisis modifikasi
ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang tujuan,karakteristik materi, kondisi
lingkungan, dan evaluasinya.
Disamping pengetahuan dan pemahaman
yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan
evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani
yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para guru
pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana
pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat
diperlukan.
Minimnya sarana dan prasarana
pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang guru
pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan
penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang
kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah
ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik
akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Banyak hal-hal
sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran
jalannya pendidikan jasmani.
Guru pendidikan jasmani di lapangan
tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk
melakukan perubahan atau pengembangan – pengembangan kea rah itu dengan
melakukan modifikasi ?
Seperti halnya halaman sekolah,
taman, ruangan kosong, parit, selokan dan sebagainya yang ada dilingkungan
sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan
pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan
melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas
siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya,
karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan
bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan
jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.
b.
Mengapa Dimodifikasi ?
Lutan
(1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
diperlukan, dengan tujuan agar :
a)
Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b)
Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c)
Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan
modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Menurut
Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan
pertimbangan:
a)
Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;
b)
Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera
pada anak;
c)
Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih
cepat
dibanding
dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan
d)
Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada
anak-anak
dalam
situasi kompetitif.
Dari pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif
dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya pendekatan ini
mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak
akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.
BENTUK-BENTUK
MODIFIKASI DALAM PENJAS
Pertama,
kita membahas modifikasi peraturan permainan olahraga yang telah banyak
dilakukan guru-guru penjas, bahkan telah dipertandingkan antar sekolah.
Misalnya sepak bola menjadi sepakbola mini, bola voli menjadi bola voli mini,
bola basket menjadi bola basket mini, tenis menjadi tenis mini dan nomor-nomor
pada cabang olahraga atletik seperti nomot sprint 100 meter menjadi 60 meter,
lempar lembing diganti dengan lempar roket, sepak takraw diganti dengan kenchi/
bulu ayam, dan nomor-nomor atletik yang digabung-gabung menjadi tri-lomba (lari
sprint, lompat kodok 3x dan lempar roket).
Kedua,
modifikasi olahraga tradisional/ rakyat yang kurang mendapat perhatian serius
atau terabaikan oleh guru-guru penjas. Banyak jenis olahraga tradisional yang
sangat mengasyikkan bagi siswa, seperti galasin/ gerobak sodor/ galah panjang,
pecah piring, enggrang, permainan karet, gotri, sambar elang, lari goni, lari
guli, terompah bajak, alip berondok, kuda tunggang, batu locak dan lain
sebagainya. Kesemua jenis permainan olahraga tradisional ini tetap memiliki dan
mengarah pada peningkatan aspek physical conditioning siswa, seperti kecepatan,
kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, daya ledak dan
ketepatan. Bukankan hakikat pembelajaran pendidikan jasmani meningkatkan
kebugaran siswa?
Ketiga,
melakukan kegiatan aktivitas outbound yang yang lagi trend saat ini, dan sudah
mulai dilaksanakan oleh beberapa sekolajh. Kita tidak perlu melakukan aktivitas
outbound ke lokasi wisata yang jauh dari sekolah, sehingga menguras keuangan
siswa. Karena aktivitas outbound dapat juga dilakukan di lokasi sekolah dan
yang pasti tidak kalah serunya dengan lokasi wisata. Jenis-jenis aktivitas
outbound yang dapat dilakukan di sekolah seperti field trap, water fall, blind
army, happy king, moving carpet, borgol hands, hole trap, step with stone,
dragon ball, mendulang emas, ban titian, pasak bumi, botol ajaib, tali kubus,
bola bisu, lari lambat, panjang-panjangan, bangku bisu, transfer air, pipa
bocor dan jenis lainnya. Sesekali jika memungkinkan, siswa dapat diajak ke alam
bebas untuk memainkannya serta ditambah dengan aktivitas low and high rope yang
lebih menantang, seperti flying fox, rafling, titian dewa, rafting, dan
tracking
Keempat,
upaya guru penjas menciptakan olahraga baru yang relevan dengan tujuan
pembelajaran penjas. Walau terasa cukup berat, namun bukan mustahil guru-guru
penjas dapat menciptakan olahraga baru yang lebih kreatif lagi. Saat ini telah
banyak guru-guru penjas yang membentuk perkumpulan-perkumpulan atau organisasi,
seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) Penjas, Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia
(Isori) dan banyak perkumpulan lainnya. Perkumpulan-perkumpulan guru penjas ini
telah bergera melakukan pembahasan-pembahasan dan pemutakhiran model pembelajaran
penjas. Diharapkan langkah tepat yang sudah dilakukan dapat di follow-up lagi
untuk mewujudkan penciptaan jenis olahraga baru. Kenapa tak mungkin?
Sudah
saatnya guru penjas berhenti mengeluhkan keterbatasan sarana dan prasarana yang
ada. Jangan sampai, guru penjas melakukan aksi memusuhi kepala sekolah, hanya
karena penolakan-penolakan atas proposal penyediaan sarana dan prasarana yang
kita tawarkan. Sekali lagi, guru penjas tidak boleh menyerah dengan kondisi
sekolah yang serba terbatas. Karena selama kita berfikir maka eksistensi dan
kreativitas kita akan selalu ada. Yakinlah bahwa pelajaran penjas bukanlah
pelajaran yang menjadi “anak tiri“ di sekolah. Karena selagi murid masih
bersorak gembira atas kehadiran kita untuk membawakan pelajaran penjas, itu
artinya menjadi tantangan bagi kita untuk menyahuti keinginan bermain para
siswa.
C.KESIMPULAN
Tidak
tersedianya alat pembelajaran tidaklah menjadi alas an guru penjas dalam
mengajar. Guru penjas dituntut kreatif dan inovatif untuk mengatasi hal tersebut.
Salah satu hal yang dapat di lakukan salah satu diantaranya adalah melakukan
modifikasi pembelajaran